Meet The Author

innalloha ma ana,

Tidak ada komentar

Dalam kehidupan sehari- hari kadang kita sebagai mahluk yang dipercaya Allahswt untuk menjadi kholifah dimuka bumi ini agak ga PD ( baca : percaya diri ) ini nampak dari banyak diantara kita yang agak kece jika tiba – tiba datang sebuah penghalang dalam kehidupan ini yang terlihat nampak begitu besar hingga sebagian kita langsung jiper (baca ; menyerah )

ada sebuah kisah tentang seorang pemuda yang selalu yakin jika Allah selalu bersamanya hingga keyakinan itu mengantarkannya sampai kini, membuatnya nampak begitu bergairah menapaki kehidupan dan begitu bersemangat mengejar impian. Ramdhan begitulah teman- temannya di kampus menyapanya seorang pemuda yang dilahirkan 19 tahun lalu disebuah desa di garut , dia anak ke dua dari tiga bersaudara yang hidup penuh kesederhanaan ditengah –tengah cengkraman kapitalis yang kini makin hari makin kuat taringnya menggerogoti tubuh negeri ini.

Kisah ini berawal saat Ramdhan duduk di bangku kelas tiga sebuah Sekolah Menengah Kejuruan tataboga di Garut. Oiya perlu diketahui Ramdhan adalah salah satu siswa yang paling terkenal di sekolahnya mulai dari petugas kebersihan sampai kepala sekolah kenal dengannya karena selain rajin dia adalah salah seorang anggota teater sekolah yang sering tampil di sekolah bahkan di luar sekolah. Namun yang paling membuatnya dikenal oleh kalangan TU, guru dan kepala sekolah adalah karena ramdhan selalu menunggak untuk melunasi biaya sekolahnya hingga TU khususnya, hafal betul jika setiap akan Ujian Ramdhan tanpa ditemani orangtuanya selalu datang disaat sekolah akan tutup dengan tujuan ingin minta keringanan dan untungnya pihak sekolah pun maklum dengan kondisi Ramdhan, ketidak mampuan Ramdhan pun bukan tanpa alasan karena kondisis keluarganya yang serba pas –pasan dan hal ini juga karena saat ini yang menjadi tulang punggung keluarga hanya ibunya seorang diri dengan berjualan makanan di pasar yang hanya cukup untuk makan ber tiga dirumah kadang jika julan lagi sepi mereka harus sedikit mengencangkan ikat pinggang, sudah sedari kecil ayahnya mengalami kebutaan serta usia yang makin rapuh hingga tak bisa berbuat banyak untuk membantu ekonomi keluarga, hingga kadang Ramdhan harus ikut bekerja apa saja asalkan halal untuk membantu ekonomi keluarga.

Saat itu saat dimana waktu ujian kompetensi tiba, sebuah ujian keterampilan untuk menentukan kelulusan, berbeda dengan rekan-rekannya dikelas semuanya menanggapi dengan tegang sibuk mencari resep apa yang akan di masak untuk ujian kopetensi besok dan sibuk mencoba resep dirumah. Namun ramdhan hanya diam melihat kegelisahan dan kesibukan teman-temannya bukan karena dia sudah siap namun dia diam bingung karena dia tak punya sepeser uangpun untuk membeli bahan resep makanan, karena telah diumumkan oleh pihak sekolah bahwa makanan yang akan diujikan adalah makanan ala eropa yang jika dihitung-hitung modalnya cukup besar, ramdhan bingung waktu ujian kurang dua hari namun uang itu tak kunjung terkumpul, belum lagi dia harus mencoba resep dirumah agar saat ujian nati dia sudah bisa memperkirakan rasa dan takarannya agar pas. Dia bingung dan tak cukup keberanian untuk menyampaikan kepada orang tuanya karena dia tahu betul bagaimana kondisi orangtuanya, dia hanya sanggup mengadu pada Sang pemilik hidup sembari dia bekerja disebuah rumah makan yang tak seberapa gajinya.

Tepat dimalam dimana tinggal sehari lagi Ujian kompetensi itu akan dilaksanakan uang itu tak kunjung cukup juga, hanya ada 50 rb uang disakunya hasil kerja kerasnya direstoran karena dia bekerja hanya paruh waktu, Ramdhan makin bingung ;

"kenapa tinggal satu langkah lagi perjalanan sekolah ku ini aku harus terjebak begitu dalam hingga aku hampir tak sanggup untuk bangkit",

namun ditengah kesedihan itu ia ingat pesan ibunya 2 tahun lalu saat dia akan memutuskan untuk melanjutkan ke SMK karena sebenarnya dia sudah pesimis dengan kondisi keuangan keluarganya saat itu “kalau kamu punya keinginan perjuangkanlah yakinlah bahwa Allah akan menolong mu nak” ramdhan ingat dan dia sadar disekanya airmata yang tak terasa sudah jatuh dikedua pipinya.

Pagi itu ia menghadap wali kelasnya dengan sedikit terbata –bata dia ceritakan maksudnya dan dia ceritakan kondisinya dalam menghadapi Ujian besok dan akhirnya wali kelasnya tergugah dan memberikan pinjaman kepada Ramdhan. Lega rasanya akhirnya Ramdhan bisa ujian esok hari, tanpa pikir panjang dia menuju perpustakaan mencari buku resep memilah resep – resep masakan eropa yang akan dipilihnya untuk di masaknya di ujian kompetensi esok hari. Sepulang dari perpustakaan ramdhan menyiapkan diri untuk berbelanja bahan –bahan di kota dan setelah dihitung-hitung ternyata uangnya hanya cukup untuk bahan masakan satu kali masak. Namun karena optimis dan keyakinan yang kuat Ramdhan memutuskan untuk tak menyerah walaupun dia sebenarnya belum pernah membuat masakan itu dan ditambah dengan tanpa latihan berhubung uang pinjamannya tak cukup.

Berkat keuletan dan keyakinannya akhirnya Ramdhan mendapatkan juara ke dua dalam ujian kompetensi hari itu hanya bermodal semangat dan keyakinan akhirnya dia bisa menyingkirkan teman-temannya yang persiapannya jauh lebih matang dibandingakan dengannya. Dan ramdahan akhirnya lulus dari sekolah itu dan kini dia melanjutkan ke bangku kuliah juga dengan modal keyakinan dan kerja keras bahwa Allah selalu bersamanya dan Allah swt sesuai dengan prasangkaan hambanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar