Meet The Author

Perjuangan Penegakan khilafah

2 komentar

Kemarin di salah satu situs jejaring sosial yang cukup digandrungi kalangan muda-mudi ada sebuah status dari seorang teman yang memberikan informasi bahwa ada seorang yang katanya Kyai dan juga pimpinan pondok pesantren di jawa timur berani mengeluarkan kecaman keras terhadap gerakan atau ide-ide mengenai upaya penegakan syariah khilafah.

Yang menjadikan saya agak cukup tergeleng-geleng adalah kecaman itu disampaikan terbuka bahkan juga disitus resmi Ormas islam yang terbesar di negeri ini. Dalam hati saya berfikir dan kecewa dengan hal ini karena pada dasarnya tak seperti ini seharusnya kelakuan seorang kyai yang seharusnya lebih takut pada Allah bukan malah menganggap hukum Allah sudah ga patut lagi karena merasa zaman sudah berganti, astagfirulloh hal adzim.

Kyai tersebut menyampaikan dihadapan ribuan jamaahnya bahwa, siapapun dan apapun ormasnya yang mengganggu asas pancasisla dan keutuhan NKRI, maka akan berhadapan dengan NU. ”Siapaun mengganggu Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan berhadapan dengan NU,” tukasnya. (http://nu.or.id/ Ahad (10/7)

Namun statment yang disampaikan oleh kyai tersebut bernuansa penuh dengan kepentingan dimana ini terkait dengan kekuasaan tentunya, ketakutan kyai ini tentu beralasan karena gerakan yang berupaya untuk menyadarkan umat tentang sejahtera dibawah naungan khilafah kini makin marak bahkan yang terahir telah diadakan di 30 kota di nusantara dari mulai Banda aceh sampai Papua, sebuah memorial besar yaitu KONFERENSI RAJAB 1432 h yang dihadiri oleh ratusan sampai puluhan ribu massa yang sepakat dengan penegakan Syariah dan Khilafah.

Melihat fenomena tentang ketidak sepakatan sebagian orang tentang Khilafah mungkin bisa dimaklumi hal ini terkait dengan pemahaman dan juga jauhnya masyarakat muslim kini yang hidup dibawah naungan kapitalisme yang cenderung selalu berupaya untuk memisahkan antara agama dan kehidupan sehingga menyebabkan banyak penduduk negeri ini yang ber KTP (kartu penduduk) beraga Islam namun aktifitas dan kelakuannya tak mencerminkan sedikitpun sebagai pengemban Islam, yang difikirkan hanya dunia, harta dan keuntungan. Padahal rosululloh saw. Telah berpesan dalam sebuah hadisnya :

Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya. 2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya. 3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi. 4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya. [HR.Muslim]

Sedih jika menyaksikan kondisi muslim seperti ini, negara yang seharusnya menjaga kesejahteraan dan juga aqidah rakyatnya malah lepas tangan sibuk dengan kepentingan pribadi dan golongannya.

Berbicara tentang perjuangan penegakan khifah Allah swt. Memberikan sebuah kabar gembira bahwa Allah akan meneguhkan Islam dan kaum Muslim, serta membalikkan keadaan yang buruk menjadi baik. Firman Allah Swt:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh diantara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan Aku dengan sesuatu (apa)pun. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS. an-Nur [24]: 55)

Siapa pun yang tidak mau menolong agama Allah dan menjalankan syariat-Nya, maka Allah akan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih lurus pendiriannya dari pada mereka (yang sebelumnya). Allah Swt berfirman:

وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

Jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan mereka tidak seperti kalian. (TQS. Muhammad [47]: 38)

Oleh karena itu, di depan kita terdapat dua pilihan yang sudah jelas: apakah kita saat ini hendak bergabung dan menjadi barisan dari kaum yang dimuliakan oleh Allah karena membela agama-Nya; ataukah (kita termasuk kelompok yang) berdiam diri dan (lebih suka) tetap terhina di bawah kungkungan sistem hukum dan pemerintahan kufur yang dikangkangi oleh dominasi negara-negara kafir? Maha benar Allah dengan firman-Nya:

يُرِيدُونَ أَن يُطْفِؤُواْ نُورَ اللّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللّهُ إِلاَّ أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir membencinya. (TQS. at-taubah [9]: 32)


2 komentar :

  1. good post.... jujur diri ini masih kurang ilmu tentang islam dan syariatnya..... banyak yg menggunjingkan khilafah... sebagai seorang yg awam, saya memilih khilafah harus tegak di dunia..... karna dengan naungannya manusia2 di dunia akan makmur.. Insyaallah

    BalasHapus
  2. [Hadits-Hadits Lemah di Dunia Maya #5]
    Jika kita googling akan banyak kita temukan hadits ini di situs, blog, twitter [bahkan dari mereka yang diustadzkan] :

    "Barangsiapa yang bangun di pagi hari & hanya dunia yang dipikirkannya sehingga seolah ia tidak melihat hak Allah dalam dirinya (berdzikir), maka Allah akan menanamkan 4 penyakit: Kebingungan yang tiada putusnya, Kesibukan yang tiada ujungnya, Kebutuhan yang tiada terpenuhi, Khayalan yg tidak berujung" (HR. Thabrani)

    Catatan :
    1. Hadits ini dinisbatkan pada imam ath-Thabrani rahimahullah, namun dicari di kitab beliau di maktabah syamilah tidak diketemukan dengan lafadz yang terjemahannya lengkap seperti di atas, kecuali sebagian lafadznya saja [awalnya yang sama] di Mu'jamul Ausath 1/151 :
    471 - عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَصْبَحَ وَهَمُّهُ الدُّنْيَا، فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ، وَمَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِالْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ، وَمَنْ أَعْطَى الذُّلَّ مِنْ نَفْسِهِ طَائِعًا غَيْرَ مُكْرَهٍ، فَلَيْسَ مِنَّا»
    لَا يُرْوَى هَذَا الْحَدِيثُ إِلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ، تَفَرَّدَ بِهِ: يَزِيدُ بْنُ رَبِيعَةَ
    "Dari Abu Dzar, telah berkata rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
    Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka, dan barangsiapa merelakan kehinaan bagi dirinya dan bukan karena dipaksakan, maka ia bukanlah termasuk golongan kami."
    Tidak diriwayatkan hadits ini kecuali dengan sanad ini, bersendirian di dalamnya Yazid bin Rabi'ah
    [syaikh Albani menyebutkannya dalam Silsilah adh-Dha'ifah nomor 310 : dha'if jiddan]

    2. Hadits ini ada di Ihya' Ulumuddin, dan di takhrij al-Ihya' 1/1104 , al-Iraqi rahimahullah menyebutkan matan sekaligus catatan kelemahannya :
    5 - حَدِيث "من أصبح وَالدُّنْيَا أكبر همه فَلَيْسَ من الله فِي شَيْء وألزم الله قلبه أَربع خِصَال: هما لَا يَنْقَطِع عَنهُ أبدا، وشغلا لَا يتفرغ مِنْهُ أبدا، وفقرا لَا يبلغ غناهُ أبدا، وأملا لَا يبلغ منتهاه أبدا «
    (terjemahan seperti di gambar)
    أخرجه الطَّبَرَانِيّ فِي الْأَوْسَط من حَدِيث أبي ذَر دون قَوْله» وألزم الله قلبه ... إِلَخ" وَكَذَلِكَ رَوَاهُ ابْن أبي الدُّنْيَا من حَدِيث أنس بِإِسْنَاد ضَعِيف وَالْحَاكِم من حَدِيث حُذَيْفَة وَرَوَى هَذِه الزِّيَادَة مُنْفَرِدَة صَاحب الفردوس من حَدِيث ابْن عمر وَكِلَاهُمَا ضَعِيف.
    Ath-Thabrani mengeluarkannya dalam al-Ausath dari hadits Abu Dzar tanpa perkataan "dan Allah menimpakan kedalam hatinya... dst" (lihat catatan pertama diatas), dan juga Ibnu Abid-Dunya meriwayatkannya dari hadits Anas dengan sanad dha'if dan al-Hakim dari hadits Hudzaifah, dan penulis al-Firdaus meriwayatkan tambahan ini secara munfarid dari hadits Ibnu Umar, dan keduanya dha'if

    Semoga kita lebih berhati-hati lagi dalam membawakan hadits, apakah hadits yang matannya indah kemudian menjadi shahih lantaran isinya saja...?
    Allahu a'lam

    BalasHapus