Meet The Author

Fenomena Gaya berbusana "muslimahah" kini

Tidak ada komentar

Minggu – minggu ini ada sebuah berita yang cukup hangat tentang seorang artis penyanyi Widy Vierra menjalani visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ia diduga menjadi korban penculikan dan kekerasan seksual di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Melihat fenomena itu menjadi hal yang tak mungkin terjadi begitu saja karena seperti menjadi sebuah kebiasaan saat ini banyak wanita yang berpakaian jauh lebih minim dibandingkan dengan kaum laki-laki, bayangkan saja mereka lebih suka mengenakan pakaian yang lebih pas dipakai oleh anak kecil dengan bahan serba kurang dan ukuran yang sangat ekonomis.

Menurut saya sejauh ini banyak faktor yang mendorong mereka berperilaku demikian dan bisa dipastikan alasannya pun beragam. Namun bisa dipastikan kecenderungannya sama yaitu agar dibilang keren dan funky.Parahnya lagi hal ini pun menjangkiti sebagian besar gadis remaja dan orang dewasa yang ingin mengenakan kerudung agar tampak lebih islami namun tetap bisa terlihat gaul, yaitu dengan menonjolkan lekuk tubuh mereka bahkan menggunakan pakaian yang serba pres body yang harapannya sih agar tetap trendy di mata lelaki. Beginilah kerusakan generasa muda muslim saat ini disaat faham sekuler menjadi santapan sehari-hari disaat sistem kapitalisme di adopsi oleh negeri ini.

Terkait dengan hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya adalah pertama, faktor internal berupa pemahaman seorang muslimah yang kurang dan keimanan yang lemah terkait dengan kewajiban menutup aurat. Mereka yang paham bahwa tuntunan Islam untuk berjilbab adalah bukan sekedar masalah fashion tetapi bentuk ketaatan akan lebih konsisten bertahan dengan ‘pilihannya’. Karena ketika melakukan sebaliknya, mereka akan berpikir bahwa setiap saat itu mereka melanggar perintah-Nya. Di sinilah pentingnya penanaman keimanan, percaya bahwa setiap perilaku ada konsekuensinya.

Tidak kalah pentingnya adalah penanaman pemahaman akan hikmah dan tujuan diwajibkannya jilbab bagi muslimah. Permasalahanya, muslimah sekarang ini sedikit yang pemahamannya sampai kepada tingkatan ini. Ada juga yang sudah mengerti, paham, akan tetapi tidak kuat dengan budaya di lingkungannya. Maka pengetahuan saja tidak menjamin seseorang bisa konsisten berjilbab yang syar’i.

Dan yang kedua adalah faktor eksternal, ada satu hal yang sangat penting untuk dipahamkan kepada para muslimah dan juga muslimin bahwa saat ini bangsa ini berada ditengah-tengah cengkraman kapitalisme yang tentunya berazaskan manfaat yang dalam setiap perjalanannya selalu mengacu pada faham sekulerisme yaitu pemisahan antara agama dan kehidupan, hingga menjadi tidak anaeh jika kaum hawa saat ini menjadi produk dagangan. Dan ini pun mulai menjadi hal yang wajar jika pemahan tentang cantik, anggun, menarik adalah seperti yang digambarkan oleh media-media yang bisa kita tonton tiap hari di TV di baligho pinggir jalan di koran majalah dll, mereka berpakaian tetapi memamerkan aurat tubuh mereka masih terlihat jelas.

Memang berat bagi wanita muslimah untuk konsisten dengan ajaran islam ini di tengah derasnya budaya-budaya non islami yang subur berkembang. Belum lagi pemikiran-pemikiran menyimpang tentang syariat jilbab. Beruntunglah wanita yang paham akan indahnya syariat jilbab sebagai bagian ajaran Islam. Bahwa Islam ingin memuliakan wanita. Ia tidak membiarkan wanita bisa dinikmati begitu saja, oleh siapa saja.

Beruntunglah wanita yang paham bahwa ia semakin cantik dan dihormati dengan berjilbab sesuai dengan syariat. Yang yakin bahwa keridhaan Tuhannya adalah melebihi segalanya. Yang yakin bahwa ‘penerimaan’ dari manusia tidak semestinya menggiring ia untuk melanggar perintah-Nya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar