Meet The Author

PENJAJAHAN PEMAHAMAN

Tidak ada komentar

Tempo hari saat sore menjelang magrib di depan kosan, seorang tentangga depan kosan iseng bertanya ringan : “a’...? enteu’ malam mingguan? (sedikit diam dan loading), aku langsung jawab “ ah...enteu’ bu. “ (ditambah dengan sedikit senyum bernada ramah saya lemparkan ke ibu tetangga kosan tersebut)

Dari penggalan dialog diatas memang terlihat biasa saja ga` aneh kata orang, ya.. wajarlah namanya juga malam menjelang libur bersama esok dan sudah menjadi rahasia umum kalau setiap malam minggu tiba banyak muda-mudi yang menggunakan waktunya untuk maksiat berjama`ah dengan label malam mingguan. Ini bisa disurvey lho kalo kalian berminat dan bisa dijadikan sebagai sumber bahan skripsi, tentang “Pengaruh Malam mingguan terhadap tingkat hedonisme masyarakat jatinangor” karena jika ini dibiarkan mengalir seperti air waw... efeknya akan kita saksikan 5- 10 tahun kedepan bagaimana karakter para pemudanya hari ini nanti yang pastinya bermental pragmatis, pengennya seneng terus, ibadah yes maksiat juga ok dan Efek beruk yang lainnya.

Sedikit bengong dan menerawang jauh saya coba mencerna dialog tersebut diatas, dan satu hal daribanyak hal yang saya dapat simpulkan bahwa sikap yang ditunjukkan oleh ibu tetangga kosan saya adalah sebuah sikap pembiaran yang umum terjadi dalam masyarakat yang menganggap sesuatu yang biasa terjadi itu adalah boleh dan adalah tidak mengapa untuk dilakukan dan adalah aneh jika tidak melakukan. Terlepas apakah semua itu boleh dalam standar Islam ataukah tidak.

Ini jadi lebih menarik jika saya coba mengaitkan dengan standar kehidupan terkait dengan dialog diatas. Alasannya adalah bahwa tingkahlaku manusia itu terkait erat dengan pemahamannya olehkarenanya melihat kondisi masyarakat saat ini yang menganggap bahwa contohnya saja pacaran adalah boleh maka ini pun terkait erat dengan anggapan pacaran adalah sesuatu yang modern, biasa, dan harus sebelum pernikahan. Oleh karenanya jika kita berbicara tentang standar kehidupan ini menjadi sangat penting untuk diketahui.

Berbicara tentang standard kehidupan maka saya bisa simpulkan bahwa menurut analisis saya standar kehidupan cuma satu yaitu ideologi.

Ideologi didunia sampai saat ini hanya ada tiga : pertama islam, dua sosialisme, tiga kapitalisme

Kalaulah memang standard kehidupan itu adalah ideologi apa itu ideologi?

Dalam kitab Peraturan Hidup dalam Islam yang dikarang oleh syeikh Taqiyudin Annabhani dijelaskan bahwa mabda atau ideologi adalah aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan.

Yang dimaksud akidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup; serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan.

Kembali ke pembahasan dialog diatas maka sikap yang ditunjukkan oleh beliau adalah sikap yang terlahir karena standard yang dipakai oleh keumuman atau negera ini adalah kapitalisme yang beraqidahkan sekulerisme yaitu pemisahan agama dan kehidupan yang berazaskan manfaat. Sehingga wajar adanya jika masyarakat ini islam agamanya namun tidak berbentuk dalam perilakunya karena agama hanya dipakai dalam ibadah ritual saja.

Sehingga menjadi sebuah tantangan besar buat kita kaum muslimin untuk kembali ke Islam sebagai sebuah mabda yang kita adopsi dalam sebuah bingkai kehidupan dibawah naungan sebuah kekuatan negara khilafah Islam yang akan menyatukan kita dan juga akan menjaga aqidah kita menjadi seorang muslim sejati tak seperti saat ini orang berbondong-bondong solat ke masjid namun dilain sisi juga berbondong – bondong melakukan aktivitas ribawi. Saat sebagian umat ini dizolimi haknya oleh orang kafir sebagian kaum muslim lain Cuma bisa mengecam dan mengutuk tanpa punya tindakannyata!

Cukupsudah kemiskinan, cukup sudah kemelaratan, cukup sudah kehinaan, mari kita berjuang demi tegaknya ISLAM.





Tidak ada komentar :

Posting Komentar