Meet The Author

MERAYAKAN MAULID

1 komentar

Kebetulan sekali hari ini Senin, 9 maret 2009 beretepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW., tadi malam tepatnya malam senin mulai dari ba`da magrib di beberapa masjid di sekitaran kecamatan jatinangor Sumedang banyak masyarakat yang berduyun-duyun datang ke majelis pengajian untuk merayakannya dengan mendengarkan ceramah dan juga tausiyah dari para ajengan (kiyai / ustadz)seperti di PONPES AL ITTIHAT Jatiroke.

Sebenernya hati ini sangat bangga dan bersyukur kalo melihat antusiasme masyatrakat dengan adanya perayaan kelahiran dari sang pembawa risalah yang wajib kita ikuti tuntunannya itu, namun tidak jarang perayaan maulid ini menjadi sesuatu hal yang kurang berkesan dalam jiwa setiap kaum muslimin karen perayaan ini tidak dima`nai secara luas namun hanya dijadikan sebagai sebuah ritual semata yang terjadi hanya pada hari perayaannya saja sehingga nilai luhur yang di bawa oleh rosululloh saw, tidak membekas dalam jiwa kaum muslimin, yang terlihat dari tingkahlaku kaum muslimin yang notabenenya malah jauh dari sang contoh yang maha agung nabi muhammad saw. kenapa bisa terjadi hal yang demikian? hendaknya kita bisa sama -sama sadari dan mulai untuk introspeksi diri, ada apa sebenarnya dengan kaum muslimin saat ini? namun sebelum kita bahas lebih jauh kita akan coba awali dengan apa sebenarnya maulid itu.

Di dalam situs http://id.wikipedia.org dijelaskan bahwa, Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي‎), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib]] melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

Itulah sepenggal cikal bakal maulid nabi, nah kita sebagai musli sudah barang tentu memperingati moment tersebut sebagai sebuah bentuk rasa cinta dan syukur kepada Allah swt. bahwasannya Allah telah menurunkan risalahnya melalui beliau nabi muhammmad saw, di beberapa daerah bahkan negara ada ritual -ritual tertentu dalam memperingati maulid ini contohnya saja di Indonesiasia

Perayaan di Indonesiasia
Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten.

Nah cukup menarik perayaan maulid di negara kita ini, yang menggabungkan perayaan maulid dengan hal-hal yang bisa dikatakan berbau musyrik, na'udzubillahimindzalik, namun tradisi ini masih bercokol dan bahkan sudah menjadi kegiatan wajib dan bahkan yang muncul malah bukan peringatan maulidnya namun buda syirik ini yang lebih ditunggu-tunggu dan diutamakan. Nah kita akn coba bedah sedikit tentang budaya daerah asal saya yaitu YOGYAKARTA dalam memperingati maulid nabi, yaitu dengan ritual SEKATEN

Sekaten atau upacara Sekaten (berasal dari kata Syahadatein) adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad s.a.w. yang diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun Yogyakarta (dan juga di alun-alun Surakarta secara bersamaan). Upacara ini dulunya dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.

Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi Dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa: Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendopo Ponconiti menuju masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.

Grebeg Muludan
Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad s.a.w.) mulai jam 8:00 pagi. Dengan dikawal oleh 10 macam prajurit Kraton: Wirobrojo, Daeng, Patangpuluh, Jogokaryo, Prawirotomo, Nyutro, Ketanggung, Mantrijero, Surokarso, dan Bugis, sebuah Gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah dido'akan Gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari Gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian Gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

Tumplak Wajik
Dua hari sebelum acara Grebeg Muludan, suatu upacara Tumplak Wajik diadakan di halaman istana Magangan pada jam 16:00 sore. Upacara ini berupa kotekan atau permainan lagu dengan memakai kentongan,lumpang untuk menumbuk padi, dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan Gunungan yang akan diarak pada saat acara Grebeg Muludan nantinya. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Tumplak Wajik ini adalah lagu Jawa populer seperti: Lompong Keli, Tundhung Setan, Owal awil, atau lagu-lagu rakyat lainnya.

Nah kalo kita lihat perayaan-perayaan seperti itu sudah barang tentu tidak di benarkan dalam pandangan Islam, kenapa sampai demikian hingga membuat Aqidah umat bisa rusak. Beginilah wajah negeri ini bila aturan Islam sudah dicampakkan, Islam hanya dijadikan sebagai sebuah ibadah ritual semata, trus kalo demikian apa bedanya Islam dengan agama lain? ....padahal kalo kita mau mengkaji lebih jauh tentang Islam subhanawloh sungguh benar adanya yang di samapaikan Allah swt dlm alqur`an, Islam Rahmattallilalamin rachmat bagi alam dimana Islam mengatur hidup manusia, dalam islam ada tiga aspek umum yang diatur
1. hubungan manusia dengan sang pencipta yaitu Allah swt.
2. hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. hubungan manusia dengan sesamanya sebagai sebuah mahluk sosial

Nah kalau kita fahami ketiga konteks hubungan yang diatur dalam Islam ini dengan benar sesuai dengan AL QUR`AN dan ASSUNNAH maka tentunya kita akan menafsirkan perayaan maulid tidak seperti sekarang ini.

Disamping itu juga peran sebuah konstitusi dalam ranah NEGARA yang berkuasa tentu berperan sangat besar dan utama dimana dalam Islam sebuah negara itu berkewajiban untuk menjaga akqidah ummatnya, tentunya disini sebuah negara yang memang menjalankan syariat islam dan juga benar-benar mengemban Islam sebagai sebuah ideologi yang dijadikan sebagai sebuah dasar negara. bukan seperti saat ini sebuah negara yang mengaku mayoritas rakyatnya terbesar beragama Islam tetapi aturan yang diembannya bukan berasal dari aqidah yang diyakininya, sungguh aneh dan memilukan?


1 komentar :

  1. m... bener juga tuh kalo kita lihat dan perhatikan kini orang islam bahkan pemimpin lebih mementingkan budaya dari pada aqidah padahal aqidah yang notabenenya bersumber dari sang pencipta ALLah swt tapi malah di tolak dengan halus dan lebih memilih ritual adat iistiadat yang menyesatkan naudzubillah

    BalasHapus